STRUKTUR ATOM
Atas dasar teori atom Dalton, kita
dapat mendefinisikan atom sebagai satuan
dasar dari sebuah atom elemen yang dapat masuk ke dalam kombinasi kimia. Dalton membayangkan atom itu keduanya
sangat kecil dan tak terpisahkan. Namun,
serangkaian investigasi yang dimulai pada tahun
1850-an dan diperluas ke abad ke-20 dengan jelas menunjukkan bahwa atom sebenarnya memiliki struktur internal; artinya, mereka terdiri dari partikel yang lebih kecil,
yang disebut partikel
subatom. Penelitian ini mengarah pada
penemuan tiga seperti itu partikel — elektron,
proton, dan neutron.
Atom terdiri dari
proton, neutron dan elektron. Proton dan neutron berada di dalam inti atom.
Sedangkan elektron terus berputar mengelilingi inti atom karena muatan
listriknya. semua elektron bermuatan negatif (-) dan semua proton bermuatan
positif (+) . sementara itu neutron bermuatan netral. Elektron bermuatan yang
bermuatan negatif (-) ditarik oleh proton yang bermuatan positif (+) pada inti
atom.
Dalam hal ini,
semua atom di alam semesta akan terjadi bermuatan positif (+) karena ada
kelebihan muatan listrik positif (+) di dalam proton. Akibatnya, semua
atom akan saling bertolak satu sama lain.
ELEKTRON
Setelah John Dalton
(1766-1844) pada tahun 1803 mengemukakan teori atom yang pertama kali, maka
tidak lama setelah itu dua orang ilmuwan yaitu Sir Humphry Davy (1778-1829) dan
muridnya Michael Faraday (1791-1867), menemukan metode elektrolisis, yaitu cara
menguraikan senyawa menjadi unsur-unsurnya dengan bantuan arus listrik. Dengan
metode baru itulah akhirnya mereka menemukan bahwa atom mengandung muatan
listrik.
Sejak pertengahan
abad ke-19, para ilmuwan banyak meneliti daya hantar listrik dari gas-gas pada
tekanan rendah. Tabung lampu gas pertama kali dirancang oleh Heinrich Geissler
(1829-1879) dari Jerman pada tahun 1854. Rekannya, Julius Plucker (1801-1868),
membuat eksperimen sebagai berikut. Dua pelat logam ditempatkan pada
masing-masing tabung Geissler yang divakumkan, lalu tabung gelas itu diisi
dengan gas pada tekanan rendah. Salah satu pelat logam (disebut anode) membawa
muatan positif, dan pelat yang satu lagi (disebut katode) membawa muatan
negatif. Ketika muatan listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui gas dalam
tabung, muncullah nyala berupa sinar dari katode ke anode. Sinar yang dihasilkan
ini disebut sinar katode. Sifat sinar katode, antara lain :
- merambat tegak lurus dari permukaan katode menuju
anode;
- merupakan radiasi partikel sehingga terbukti
dapat memutar baling-baling;
- bermuatan listrik negatif sehingga dibelokkan ke
kutub listrik positif;
- dapat memendarkan berbagai jenis zat, termasuk
gelas.
Plucker ternyata
kurang teliti dalam pengamatannya dan menganggap sinar tersebut hanyalah cahaya
listrik biasa. Pada tahun 1875, William Crookes (1832-1919) dari Inggris,
mengulangi eksperimen Plucker tersebut dengan lebih teliti dan mengungkapkan
bahwa sinar katode merupakan kumpulan partikel-partikel yang saat itu belum
dikenal.
Hasil-hasil eksperimen Crookes dapat dirangkum sebagai
berikut.
- Partikel sinar katode bermuatan negatif sebab
tertarik oleh pelat yang bermuatan positif.
- Partikel sinar katode mempunyai massa sebab mampu
memutar baling-baling dalam tabung.
- Partikel sinar katode dimiliki oleh semua materi
sebab semua bahan yang digunakan (padat, cair, dan gas) menghasilkan sinar
katode yang sama.
Partikel sinar katode itu dinamai
“elektron” oleh George Johnstone Stoney (1817 – 1895) pada tahun 1891.Pada masa
itu para ilmuwan masih diliputi kebingungan dan ketidaktahuan serta
ketidakpercayaan bahwa setiap materi memiliki elektron karena mereka masih
percaya bahwa atom adalah partikel terkecil penyusun suatu materi.
Pada tahun 1897, Joseph John
Thompson (1856 – 1940) dari Inggris melalui serangkaian eksperimennya berhasil
mendeteksi atau menemukan elektron yang dimaksud Stoney. Thompson membuktikan
bahwa elektron merupakan partikel penyusun atom, bahkan Thompson mampu
menghitung perbandingan muatan terhadap massa elektron (e/m), yaitu 1,759
x 108 coulomb/gram.
Kemudian pada tahun 1908, Robert
Andrew Millikan (1868-1953) dari Universitas Chicago menemukan harga muatan
elektron, yaitu 1,602 x 10-19 coulomb. Dengan demikian
massa sebuah elektron dapat dihitung.
Massa satu elektron = e/(e/m) = (1,602 x 10-19)
/ (1,759 x 108) = 9,11 × 10–28 gram
Percobaan tabung sinar katode
pertama kali dilakukan oleh William Crookes (1875). Hasil eksperimennya yaitu
ditemukannya seberkas sinar yang muncul dari arah katode menuju ke anode yang
disebut sinar katode.
George Johnstone Stoney (1891) yang
mengusulkan nama sinar katode disebut "elektron". Kelemahan dari
Stoney tidak dapat menjelaskan pengaruh elektron terhadap perbedaan sifat
antara atom suatu unsur dengan atom dalam unsur lainnya. Antoine Henri
Becquerel (1896) menentukan sinar yang dipancarkan dari unsur-unsur radioaktif
yang sifatnya mirip dengan elektron.
Joseph John Thomson (1897)
melanjutkan eksperimen William Crookes yaitu pengaruh medan listrik dan medan
magnet dalam tabung sinar katode.
Pembelokan sinar katode oleh medan listrik. [1]
|
Keterangan :
C = katode
A = anode
E = lempeng
kondensor bermuatan listrik
F = layar
yang dapat berpendar (berfluoresensi)
Hasil percobaan J.J. Thomson
menunjukkan bahwa sinar katode dapat dibelokkan ke arah kutub positif medan
listrik. Hal ini membuktikan terdapat partikel bermuatan negatif dalam suatu
atom. Besarnya muatan dalam elektron ditemukan oleh Robert Andrew Milikan
(1908) melalui percobaan tetes minyak Milikan seperti gambar berikut.
Diagram percobaan tetes minyak Milikan. [1]
|
Minyak disemprotkan ke dalam tabung
yang bermuatan listrik. Akibat gaya tarik gravitasi akan mengendapkan tetesan
minyak yang turun. Apabila tetesan minyak diberi muatan negatif maka akan
tertarik ke kutub positif medan listrik. Dari hasil percobaan Milikan dan
Thomson diperoleh muatan elektron –1 dan massa elektron 0, sehingga elektron
dapat dilambangkan (0-1e).
RADIOAKTIVITAS
Pada tahun 1895, fisikawan Jerman
Wilhelm Röntgen † memperhatikan bahwa sinar katoda yang ditimbulkan kaca dan logam untuk memancarkan sinar yang sangat tidak
biasa. Radiasi yang sangat energik ini menembus
materi, piring fotografi tertutup gelap, dan
menyebabkan berbagai zat untuk fluoresce.
Karena sinar ini tidak dapat dibelokkan oleh magnet,
mereka tidak bisa mengandung partikel bermuatan
seperti sinar katoda. Röntgen menyebut mereka
dengan sinar X karena sifat mereka tidak
diketahui.
Sinar katode terdiri atas arus elektron. Arus diproduksi menggunakan voltase tinggi
antara electrode yang ditempatkan pada masing-masing ujung tabung gelas yang
udaranya hampir di kosongkan seluruhnya.
Sinar katode ini tidak khusus merembes dan sudah distop oleh beberapa sentimeter udara.
Pada peristiwa ini Rontgen sudah sepenuhnya menutup tabung sinar katode dengan kertas hitam tebal sehingga biarpun listrik dinyalakan, tak ada
cahaya yang bisa terlihat dari tabung.Akan tetapi, takkala Rontgen menyalakan
arus listrik di dalam tabung sinar katode, dia terperanjat melihat bahwa cahaya mulai memijar pada layar yang
terletak dekat bangku seperti distimulir oleh sinar lampu.Dia padamkan tabung
dan layar (yang terbungkus barium platino cyanide).Lalu cahaya berhenti memijar karena tabung sinar katode sepenuhnya
tertutup. Rontgen
segera sadar bahwa suatu bentuk radiasi yang tak kelihatan mesti datang dari
tabung ketika cahaya listrik dinyalakan.Karena ini merupakan hal yang
misterius, dia sebut radiasi yang tampak itu “sinar-X” yang merupakan lambang
matematik biasa untuk sesuatu yang tidak diketahui.Tergiur oleh penemuannya
yang kebetulan itu, Rontgen menyisihkan penyelidikan-penyelidikan lainnya dan
ia pusatkan perhatian terhadap penelaahan hal lain yang terkandung dalam “Sinar-X”. Sesudah beberapa minggu bekerja keras,
dia menemukan bukti-bukti lain sebagai berikut:
1.
Sinar X
bisa membuat sinar pelbagai benda kimia selain brium platinocyanide.
2.
Sinar X
dapat menerobos lewat berbagai benda yang tak tembus oleh cahaya biasa. Rontgen
menemukan bahwa sinar-X dapat menembus dagingnya, tetapi berhenti pada
tulangnya. Dengan jalan meletakkan tangannya antara tabung sinar cathode dan
layar yang bersinar, Rontgen dapat melihat di layar bayangan dari tulang
tangannya.
3.
Sinar X
berjalan menurut garis lurus; tidak seperti partikel bermuatan listrik, sinar X
tidak terbelokkan oleh bidang magnet.
Bulan Desember 1895 Rontgen menulis kertas kerja pertamanya mengenai
sinar-X. Laporannya dalam waktu singkat menggugah perhatian dan kegemparan.
Dalam tempo beberapa bulan, banyak ilmuwan melakukan penyelidikan sinar-X dan
dalam tempo setahun sekitar 1000 kertas kerja diterbitkan tentang masalah itu.
Salah seorang ilmuwan yang penyelidikannya langsung pada hasil penemuan
Rontgen adalah Antoine Henry Becquerel.Orang ini meskipun maksud utamanya
menyelidiki sinar-X, justru menemukan fenomena penting tentang
radioaktivitas.Secara umum sinar-X bekerja bila energi tinggj elektron mengenai
sasaran.Sinar-X itu sendiri tidak mengandung elektron.Akan tetapi, gelombang
yang dapat terlihat mata (yaitu gelombang cahaya), kecuali panjang gelombang
sinar-X jauh lebih pendek.
PROTON
Jika massa elektron 0 berarti suatu partikel
tidak mempunyai massa. Namun pada kenyataannya partikel materi mempunyai massa
yang dapat diukur dan atom bersifat atom itu netral.
Keberadaan partikel bermuatan
positif yang dikandung oleh atom diisyaratkan oleh Eugen Goldstein (1850-1930)
pada tahun 1886. Dengan ditemukannya elektron, para ilmuwan semakin yakin bahwa
dalam atom pasti ada partikel bermuatan positif untuk mengimbangi muatan
negatif dari elektron. Selain itu, jika seandainya partikel penyusun atom hanya
elektron-elektron, maka jumlah massa elektron terlalu kecil dibandingkan
terhadap massa sebutir atom.
Eugene Goldstein (1886) melakukan
eksperimen dari tabung gas yang memiliki katode, yang diberi lubang-lubang dan
diberi muatan listrik. Selanjutnya, dan gas yang berada di belakang lempeng
katode menjadi berpijar. Peristiwa tersebut menunjukkan adanya radiasi
yang berasal dari anode yang menerobos lubang pada lempeng katode. Sinar ini
disebut sinar anode atau sinar positif. Sifat sinar anode, antara lain :
- Merupakan radiasi partikel sehingga dapat memutar
baling-baling;
- Dalam medan listrik/magnet, dibelokkan ke kutub
negatif, jadi merupakan radiasi bermuatan positif;
- Partikel sinar anode bergantung pada jenis gas
dalam tabung.
Percobaan Goldstein untuk mempelajari partikel
positif.
|
Hasil eksperimen tersebut
membuktikan bahwa pada saat terbentuk elektron yang menuju anode, terbentuk
pula sinar positif yang menuju arah berlawanan melewati lubang pada katode.
Setelah berbagai gas dicoba dalam tabung ini, ternyata gas hidrogen lah yang
menghasilkan sinar muatan positif yang paling kecil baik massa maupun
muatannya, sehingga partikel ini disebut dengan proton. Massa proton = 1 sma
(satuan massa atom) dan muatan proton = +1.
Keberadaan partikel penyusun atom
yang bermuatan positif itu semakin terbukti ketika Ernest Rutherford
(1871-1937), orang Selandia Baru yang pindah ke Inggris, pada tahun 1906,
bersama dua orang asistennya, yaitu Hans Geiger dan Ernest Marsden, melakukan
serangkaian percobaan untuk mengetahui kedudukan partikel-partikel di dalam
atom. Percobaan mereka dikenal dengan hamburan sinar alfa terhadap lempeng
tipis emas. Mereka berhasil menghitung bahwa massa partikel bermuatan
positif itu kira-kira 1.837 kali massa elektron. Kini kita menamai partikel itu
proton, nama yang baru dipakai mulai tahun 1919.
Massa 1
elektron = 9,11 × 10–28 gram
Massa 1
proton = 1.837 × 9,11 × 10–28 gram = 1,673 × 10–24 gram
Dari pengamatan mereka, didapatkan
fakta bahwa partikel α yang ditembakkan pada lempeng logam emas yang
tipis, sebagian besar diteruskan, dan ada sebagian kecil yang dibelokan bahkan
ada juga beberapa di antaranya yang dipantulkan. Hal tersebut sangat
mengejutkan bagi Rutherford. Penemuan ini menyebabkan gugurnya teori atom
Thomson. Partikel α yang terpantul tersebut diperkirakan telah
menabrak sesuatu yang padat di dalam atom. Dengan demikian atom tersebut tidak
bersifat homogen seperti digambarkan oleh Thomson. Bahkan menurut pengamatan
Marsden, diperoleh fakta bahwa satu di antara 20.000 partikel α akan
membelok dengan sudut 90o bahkan lebih.
Berdasarkan gejala-gejala tersebut, diperoleh beberapa
kesimpulan antara lain:
- Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir
semua partikel alfa (α) diteruskan. Berarti, sebagian besar volume atom
merupakan ruang kosong.
- Partikel yang mengalami pembelokan ialah
partikel α yang mendekati inti atom. Hal tersebut disebabkan keduanya
bermuatan positif.
- Partikel yang dipantulkan ialah
partikel α yang tepat menabrak inti atom.
Berdasarkan fakta-fakta yang
didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford mengusulkan model atomnya yang
menyatakan bahwa atom terdiri atas inti atom yang sangat kecil dan bermuatan
positif yang dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Jumlah proton
dalam inti sama dengan jumlah elektron ynag mengelilingi inti, sehingga atom
bersifat netral. Rutherford juga menduga bahwa di dalam inti atom terdapat
partikel netral yang berfungsi untuk mengikat partikel-partikel positif agar
tidak saling menolak. Dari percobaan tersebut, Rutherford dapat memperkirakan
jari-jari atom kira-kira 10–8 cm dan jari-jari inti
kira-kira 10–13 cm.
INTI ATOM
Setelah penemuan proton dan
elektron, Ernest Rutherford melakukan penelitian penembakan lempeng tipis emas.
Jika atom terdiri dari partikel yang bermuatan positif dan negatif maka sinar
alfa yang ditembakkan seharusnya tidak ada yang diteruskan atau menembus
lempeng sehingga muncullah istilah inti atom. Ernest Rutherford dibantu oleh
Hans Geiger dan Ernest Marsden (1911) menemukan konsep inti atom didukung oleh
penemuan sinar X oleh WC. Rontgen (1895) dan penemuan zat radioaktif (1896).
Percobaan Rutherford dapat digambarkan sebagai berikut.
Percobaan Rutherford, hamburan sinar alfa oleh
lempeng emas.
|
Hasil percobaan ini membuat
Rutherford menyatakan hipotesisnya bahwa atom tersusun dari inti atom yang
bermuatan positif dan dikelilingi elektron yang bermuatan negatif, sehingga
atom bersifat netral. Massa inti atom tidak seimbang dengan massa proton yang
ada dalam inti atom, sehingga dapat diprediksi bahwa ada partikel lain dalam
inti atom.
NEUTRON
Setelah para ilmuwan mempercayai
adanya elektron dan proton dalam atom, maka timbul masalah baru, yaitu jika
hampir semua massa atom terhimpun pada inti (sebab massa elektron sangat kecil
dan dapat diabaikan), ternyata jumlah proton dalam inti belum mencukupi untuk
sesuai dengan massa atom. Jadi, dalam inti pasti ada partikel lain yang
menemani proton-proton.
Prediksi dari Rutherford memacu W.
Bothe dan H. Becker (1930) melakukan eksperimen penembakan partikel alfa pada
inti atom berilium (Be) dan dihasilkan radiasi partikel berdaya tembus tinggi.
Eksperimen ini dilanjutkan oleh James Chadwick (1932). Ternyata partikel yang
menimbulkan radiasi berdaya tembus tinggi itu bersifat netral atau tidak
bermuatan dan massanya hampir sama dengan proton. Massa sebutir neutron adalah
1,675 × 10–24 gram. Partikel ini disebut neutron dan
dilambangkan dengan 10n .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar